Selasa, 30 Oktober 2007

Sultan Hadiwijaya
Joko Tingkir atau Mas Karèbèt dikenal sebagai Adipati Pajang (sekarang terletak di bagian barat daya Kota Surakarta) dan kelak menjadi Sultan Pajang dengan nama kebesaran Sultan Hadiwijaya.
Riwayatnya banyak digali dari Babad Tanah Jawi. Di situ dikisahkan, Joko Tingkir merupakan pemuda dusun yang berasal dari Desa Tingkir (sekarang menjadi bagian dari Kota Salatiga), putra dari Ki Ageng Pengging atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Kebo Kenongo dari daerah Pengging (sekarang dekat dengan pemandian Pengging di Boyolali). Ia melamar menjadi prajurit di Demak, yang karena kesaktiannya karirnya melejit menjadi penyeleksi prajurit baru. Setelah melalui perjuangan yang berliku, Mas Karebet menikah dengan Ratu Mas Cempa putri Sultan Trenggana yang penguasa ketiga Kesultanan Demak Bintara. Selanjutnya, Joko Tingkir diberi kekuasaan untuk memimpin daerah Pajang semasa Demak diperintah oleh Sunan Prawoto, saudara iparnya.
Ketika Sunan Prawoto meninggal terbunuh pada tahun 1561, Arya Penangsang (cucu Raden Patah melalui Pangeran Seda Lepen) mengambil alih tampuk pemerintahan. Hal ini menimbulkan konflik karena yang berhak atas tahta adalah isteri dari Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir yang secara politik telah kuat menyatakan diri sebagai penguasa Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Karena ambisi Arya Penangsang untuk menyingkirkan semua keturunan Raden Patah demi mengamankan tahta Demak, Joko Tingkir meminta bantuan menantunya, Sutawijaya yang putra Ki Ageng Pemanahan, untuk menyingkirkan Arya Penangsang. Permintaan ini akan disanggupi asalkan Sutawijaya diberi separuh wilayah Mentaok (di sebelah tenggara kota Yogyakarta kini) apabila berhasil dalam misinya. Karena akhirnya berhasil, Joko Tingkir memberi hak itu kepada Sutawijaya pada tahun 1568. Demak menjadi kadipaten di bawah Pajang dengan adipati Arya Pengiri (putra Sunan Prawoto).
Kadipaten Mataram yang dibangun Sutawijaya di Hutan Mentaok berkembang pesat, bahkan lama-kelamaan menjadi sekuat Pajang hingga Sutawijaya enggan mengakui kekuasaan Pajang. Timbullah konflik antara Sultan Hadiwijaya dan Sutawijaya. Sepulang dari suatu pertemuan di Mataram, Sultan Hadiwijaya tewas terjatuh dari gajah. Maka, kesempatan ini diambil Sutawijaya untuk memaklumkan Mataram sebagai pemegang kekuasaan Peristiwa ini terjadi pada tahun 1587. Pajang selanjutnya hanya menjadi kadipaten di bawah Mataram, dengan adipati Raden Benawa (putra Hadiwijaya yang juga ipar Sutawijaya). Berakhirlah era Pajang.